Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Pengertian Premis Mayor dan Premis
Minor
Premis mayor adalah pernyataan umum, sementara premis
minor artinya pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan istilah silogisme.
Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai
premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi). Misalnya : “Semua orang
akhirnya akan mati” (premis mayor). Hasan adalah orang (premis minor). Oleh
karena itu, “Hasan akhirnya juga akan mati” (kesimpulan). Jadi, berfikir
deduktif adalah berfikir dari yang umum ke yang khusus. Dari yang abstrak ke
yang konkrit. Dari teori ke fakta-fakta.
Jenis – Jenis Penalaran Deduktif
Jenis-jenis dalam
penalaran deduktif adalah sebagai berikut :
1.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan
secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah
konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3
buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. Berikut ini adalah
beberapa jenis silogisme, antara lain :
1)
Silogisme
Kategorial
Silogisme
yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi
premis dan kesimpulan yang kategoris. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya
membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak
anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis
yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis
mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Contoh :
Premis Mayor : Tidak ada
manusia yang abadi
Premis Minor :
Socrates adalah manusia
Kesimpulan :
Socrates tidak abadi
v
Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
-
Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term
mayor, term minor, term penengah.
-
Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor,
premis minor, dan kesimpulan
-
Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan
simpulan.
-
Bila salah satu
premisnya negatif, simpulan pasti negative.
-
Dari premis yang
positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
-
Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu
simpulan.
-
Bila premisnya
khusus, simpulan akan bersifat khusus.
-
Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif
tidak dapat ditarik satu simpulan.
2)
Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
konditional hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipótesis terdiri atas premis mayor,
premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau
pengadaian dengan jika … konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain
akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis :
1.
Silogisme
hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti :
Jika hujan, saya
naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik
becak.
2.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian
konsekuennya, seperti :
Bila hujan, bumi
akan basah.
Sekarang bumi telah
basah.
Jadi hujan telah
turun.
3.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari
antecedent, seperti :
Jika politik
pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan
tidak akan timbul.
4.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari
bagian konsekuennya, seperti :
Bila mahasiswa
turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa
tidak gelisah.
Jadi mahasiswa
tidak turun ke jalanan.
v Kaedah- kaedah Silogisme Hipotesis
Mengambil konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah
di banding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini adalah
menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan
yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B,
jadwal hukum silogisme hipotetik adalah :
-
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
-
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak
sah = salah)
-
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
-
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Contoh :
a)
Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan
gagal
Premis Minor : Hujan
tidak turun
Konklusi : Sebab
itu panen akan gagal.
b)
Premis Mayor : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Premis Minor : Air
tidak ada.
Kesimpulan :
Manusia akan kehausan.
3) Silogisme Akternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa
proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya
membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang
lain. Proposisi
minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu
alternatifnya. Konklusi
tergantung dari premis minornya. Silogisme ini ada dua macam, silogisme
disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya
mempunyai alternatif kontradiktif, seperti :
la lulus atau
tidak lulus.
Ternyata ia lulus
Jadi, la bukan
tidak lulus
Silogisme
disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif, seperti :
Sasa di rumah atau
di pasar.
Ternyata tidak
di rumah.
Jadi, di pasar
Silogisme
disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu :
a) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif,
konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain.
b) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya
adalah mengingkari alternatif yang lain.
v
Kaedah-kaedah silogisme alternatif :
-
Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang
dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid
-
Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi
adalah sebagai berikut:
a)
Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya
sah (benar)
Contoh :
Rizki menjadi guru
atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Rizki menjadi guru
atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru
b)
Bila premis minor mengingkari salah satu konklusinya tidak
sah (salah)
Contoh :
Penjahat itu lari
ke Surabaya atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari
ke Yogya.
Jadi ia lari ke
Surabaya. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Rifki menjadi
guru atau pelaut.
Ternyata ia
bukan pelaut.
Jadi ia guru.
(Bisa jadi ia seorang pedagang)
Contoh :
Premis Mayor :
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Premis Minor :
Nenek Sumi berada di Bandung.
Kesimpulan :
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
2.
Entimen
Silogisme ini
jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Entimen atau Enthymeme
berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran
adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian
ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan
bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas,
istilah “enthymeme” kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak
lengkap dari bentuk selain silogisme. Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika,
sebuah “retorik silogisme” adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan
kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi.
Kata lainnya, entimem merupakan silogisme yang diperpendek. Contoh :
Rumus Entimen :
PU : Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat.
PK : Nyoman pegawai yang baik.
S : Nyoman tidak pernah
datang terlambat
Entimen : Nyoman tidak
pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik
Bentuk Silogisme Menyimpang
Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan
bentuk standar, bahkan lebih banyak menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam
logika, bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam bentuk standar.
Contoh :
“Mereka yang akan dipecat semuanya adalah orang yang bekerja tidak
disiplin. Kamu akan bekerja penuh disiplin. Tak
usah takut akan dipecat”.
Bentuk standar :
“Semua orang yang
bekerja disiplin bukanlah orang yang akan dipecat. Kamu adalah
orang yang bekerja disiplin. Kamu bukanlah orang yang akan dipecat”.
Hukum-hukum Silogisme
Prinsip-prinsip Silogisme kategoris mengenai term :
§ Jumlah term tidak
boleh kurang atau lebih dari tiga
§ Term menengah tidak
boleh terdapat dalam kesimpulan
§ Term subyek dan
term predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis.
§ Luas term menengah
sekurang-kurangnya satu kali universal.
Prinsip-prinsip silogisme kategoris mengenai proposisi.
§ Jika kedua premis
afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif juga.
§ Kedua premis
tidak boleh sama-sama negatif.
§ Jika salah satu
premis negatif, kesimpulan harus negatif juga (mengikuti proposisi yang paling
lemah)
§ Salah satu premis
harus universal, tidak boleh keduanya pertikular.
Ciri-ciri Penalaran Deduktif
Paragraf berpola deduktif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Jika semua
premis benar maka kesimpulan pasti benar
2) Semua informasi
atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam
premis.
3) Letak kalimat
utama di awal paragraf
4) Diawali dengan
pernyataan umum disusul dengan uraian atau penjelasan khusus
5) Diakhiri dengan penjelasan
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar