Minggu, 27 Maret 2016

Penalaran Induktif


Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Untuk penulisan kali ini saya akan mencoba membahas tentang penalaran Induktif.

 Pengertian Penalaran Induktif

Penalaran Induktif adalah penalaran yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala.

Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.Di dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal..

 Contoh penalaran induktif :

Pada saat ini remaja lebih menyukai tari-tarian dari barat seperti breakdance, Shuffle, salsa (dan Kripton), modern dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.


Jenis-jenis Penalaran Induktif :

1.      Generalisasi

Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.

Contoh generalisasi :

Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
v  Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

Didalam generalisasi terdapat macam-macam generalisasi diantara nya sebagai berikut :

1)      Generalisasi sempurna

Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.

Contoh : sensus penduduk


2)      Generalisasi tidak sempurna

Generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.

Contoh : Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.

Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar. Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah :

·         Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
·         Sampel harus bervariasi.
·         Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.

 
2.     Analogi

Analogi adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpula yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.

Contoh analogi :

Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.


v  Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :

a.       Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan.
b.      Meramalkan kesaman.
c.       Menyingkapkan kekeliruan.
d.      klasifikasi

 
3.      Hubungan Kausal (Sebab Akibat)

Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa penyebab. Cara berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.

Contoh :

1)      Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).

2)      Seorang petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu, petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).

 
Ciri-ciri paragraf berpola induktif 

Paragraf berpola induktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1)      Letak kalimat utama di akhir paragraf
2)      Diawali dengan uraian/penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum
3)      Paragraf induktif diakhiri dengan kesimpulan 

Sumber :

Selasa, 22 Maret 2016

Penalaran Deduktif


Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu  harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.


Pengertian Premis Mayor dan Premis Minor
Premis mayor adalah pernyataan umum, sementara premis minor artinya pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan istilah silogisme. Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi). Misalnya : “Semua orang akhirnya akan mati” (premis mayor). Hasan adalah orang (premis minor). Oleh karena itu, “Hasan akhirnya juga akan mati” (kesimpulan). Jadi, berfikir deduktif adalah berfikir dari yang umum ke yang khusus. Dari yang abstrak ke yang konkrit. Dari teori ke fakta-fakta.


Jenis – Jenis Penalaran Deduktif

Jenis-jenis dalam penalaran deduktif adalah sebagai berikut :

1.      Silogisme

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. Berikut ini adalah beberapa jenis silogisme, antara lain :

1)      Silogisme Kategorial

Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

Contoh :

Premis Mayor : Tidak ada manusia yang abadi
Premis Minor : Socrates adalah manusia
Kesimpulan : Socrates tidak abadi

v  Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :

-          Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
-          Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan
-          Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
-          Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
-          Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
-          Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
-          Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
-          Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

 
2)      Silogisme Hipotesis

Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipótesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika … konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis :

1.      Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti :

Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.

2.      Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti :

Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.

3.      Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti :

Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

4.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti :

Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

v  Kaedah- kaedah Silogisme Hipotesis

Mengambil konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah di banding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini adalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah :

-          Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
-          Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
-          Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
-          Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana

Contoh :

a)      Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
Premis Minor : Hujan tidak turun
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.

b)      Premis Mayor : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada.
Kesimpulan : Manusia akan kehausan.

 
3)      Silogisme Akternatif

Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya. Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti :

la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus
Jadi, la bukan tidak lulus

Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti :

Sasa di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi, di pasar

Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu :

a)      Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain.
b)      Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain.

v  Kaedah-kaedah silogisme alternatif :

-          Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid
-          Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a)      Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar)
Contoh :
Rizki menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut

Rizki menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru

b)      Bila premis minor mengingkari salah satu konklusinya tidak sah (salah)
Contoh :
Penjahat itu lari ke Surabaya atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Surabaya. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).

Rifki menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang)

Contoh :
Premis Mayor : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Premis Minor : Nenek Sumi berada di Bandung.
Kesimpulan : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.


2.      Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Entimen atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah “enthymeme” kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme. Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah “retorik silogisme” adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya, entimem merupakan silogisme yang diperpendek. Contoh :

Rumus Entimen :

PU : Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat.
PK : Nyoman pegawai yang baik.
S : Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimen : Nyoman tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik


Bentuk Silogisme Menyimpang

Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan bentuk standar, bahkan lebih banyak menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam logika, bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam bentuk standar.

Contoh :

“Mereka yang akan dipecat semuanya adalah orang yang bekerja tidak disiplin. Kamu akan bekerja penuh disiplin. Tak usah takut akan dipecat”.

Bentuk standar :

“Semua orang yang bekerja disiplin bukanlah orang yang akan dipecat. Kamu adalah orang yang bekerja disiplin. Kamu bukanlah orang yang akan dipecat”.


Hukum-hukum Silogisme

Prinsip-prinsip Silogisme kategoris mengenai term :

§  Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga
§  Term menengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan
§  Term subyek dan term predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis.
§  Luas term menengah sekurang-kurangnya satu kali universal.

Prinsip-prinsip silogisme kategoris mengenai proposisi.

§  Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif juga.
§  Kedua premis tidak boleh sama-sama negatif.
§  Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga (mengikuti proposisi yang paling lemah)
§  Salah satu premis harus universal, tidak boleh keduanya pertikular.

Ciri-ciri Penalaran Deduktif 

Paragraf berpola deduktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1)      Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
2)      Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.
3)      Letak kalimat utama di awal paragraf
4)      Diawali dengan pernyataan umum disusul dengan uraian atau penjelasan khusus
5)      Diakhiri dengan penjelasan


Sumber :