Pengertian Hipotesis
Hipotesis atau
hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga
karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah, thesis = pendirian, pendapat yang
ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam
penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis,
tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
Ketika berfikir
untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan,
perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu. Proposisi inilah
yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu di antaranya, yaitu penelitian sosial.
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam
pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar,
teliti, dan terarah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan
satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.
Hipotesis ilmiah
mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis
menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan
hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Contoh : Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi
pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata
beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila
ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Kegunaan Hipotesis
Hipotesis merupakan
elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian
kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya :
1.
Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja
teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
2.
Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan
benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
3.
Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya,
hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara
terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Hipotesis Dalam Penelitian
Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak
harus memiliki hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian
didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian.
Dalam
masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau
tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan
sebanyak mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian
deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat
tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang menganggap
penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian
penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis. Fungsi
penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu :
1.
Untuk menguji
teori,
2.
Mendorong
munculnya teori,
3.
Menerangkan fenomena sosial,
4.
Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5.
Memberikan
kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Karakteristik Hipotesis
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut
dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil
penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja
membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata. Untuk
dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki
beberapa ciri-ciri pokok, yakni :
1.
Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan
jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan
tujuan penelitian.
3.
Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti
hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel
atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4.
Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki
tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5.
Hipotesis harus
dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau
dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji
dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya
sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya,
baik metode pengamatan, pengumpulan
data, analisis data, maupun generalisasi.
6.
Hipotesis harus
spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya.
Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya.
Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang
diharapkan di antara variabel dalam istilah arah
(seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan
dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau
negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan
menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di
bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal
tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang
dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah
hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7.
Hipotesis harus
menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang
memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat
secara eksplisit.
Tahap-Tahap Pembentukan
Hipotesis Secara Umum
Dasar
penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau
peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah
diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan
perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah
mendapat bentuk perumusan masalah.
2.
Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer
(preliminary hypothesis).
Dugaan atau
anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan
untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara
eksplisit, dalam penelitian,
hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya
digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
Dalam
penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya
dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa
preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih
fakta.
4.
Formulasi hipotesa.
Pembentukan
hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata
apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di
antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa
sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat
olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat
hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5. Pengujian hipotesa
Mencocokkan
hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha
menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha
itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi
(corroboration). Hipotesa
yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
Apabila
hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu
harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian
harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Macam-Macam Hipotesis
Macam
macam hipotesis dalam penelitian, sebagai berikut :
1. Hipotesis Deskriptif
Pengertian Hipotesis Deskriptif adalah dugaan terhadap nilai satu variabel
dalam satu sampel walaupun di dalamnya bisa terdapat beberapa kategori. Hipotesis deskriptif ini merupakan salah satu dari
macam macam hipotesis.
Contoh :
-
Ho :
Kecenderungan masyarakat memilih warna mobil gelap.
-
Ha :
Kecenderungan masyarakat memilih warna mobil bukan warna gelap.
2.
Hipotesis
Komparatif
Pengertian Hipotesis
Komparatif adalah dugaan terhadap perbandingan nilai dua sampel atau lebih.
Hipotesis komparatif merupakan salah satu dari macam macam hipotesis. Dalam hal
komparasi ini terdapat beberapa macam, yaitu :
1)
Komparasi berpasangan (related) dalam dua sampel dan
lebih dari dua sampel (k sampel).
2)
Komparasi independen dalam dua sampel dan lebih dari
dua sampel (k sampel).
Contoh :
Sampel
Berpasangan, komparatif dua sampel
-
Ho : Tidak terdapat perbedaan nilai penjualan sebelum
dan sesudah ada iklan.
-
Ha : Terdapat berbedaan nilai penjualan sebelum dan
sesudah ada iklan
Sampel Independen,
komparatif tiga sampel
-
Ho : Tidak terdapa perbedaan antara birokrat,
akademisi dan pebisnis dalam memilih partai.
-
Ha : Terdapa perbedaan antara birokrat, akademisi dan
pebisnis dalam memilih partai.
3.
Hipotesis
Asosiatif
Pengertian Hipotesis Asosiatif adalah dugaan terhadap hubungan antara
dua variabel atau lebih. Hipotesis asosiatif merupakan salah satu dari macam
macam hipotesis.
Contoh :
-
Ho : Tidak terdapat hubungan antara jenis profesi
dengan jenis olah raga yang disenangi.
-
Ha : Terdapat hubungan antara jenis profesi dengan
jenis olah raga yang disenangi.
Jenis-Jenis
Hipotesis
1.
Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya
1)
Hipotesis nihil (Ho)
Hipotesis yang menyatakan
tidak ada hubungannya atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contohnya
: Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi
belajar siswa SD.
2) Hipotesis
alternatif /
hipotesis
kerja (Ha)
Hipotesis yang menyatakan
adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contohnya : Ada hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis
alternatif ada dua macam, yaitu directional Hypotheses dan non directional
Hypotheses (Fraenkel and Wallen, 1990:42 ; Suharsimi Arikunto, 1989:57).
-
Hipotesis terarah adalah hipotesis yang diajukan oleh
peneliti, dimana peneliti sudah merumuskan dengan tegas yang menyatakan bahwa
variabel independen memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel
dependen. Misalnya: Siswa yang diajar dengan metode inkuiri lebih tinggi prestasi
belajarnya, dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode
curah pendapat.
-
Hipotesis tak terarah adalah hipotesis yang diajukan
dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. Fraenkel dan Wallen (1990:42)
menyatakan bahwa hipotesis tak terarah itu menggambarkan bahwa peneliti tidak
menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil penelitian yang akan
dilakukan.
Contoh :
Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode mengajar inkuiri dan curah pendapat
terhadap prestasi belajar siswa.
2. Hipotesis
dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.
1) Hipotesis tentang
hubungan
Hipotesis yang menyatakan
tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian
korelasional. Hubungan antara variabel tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a)
Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik
Contohnya : Hubungan
antara kemampuan fisika dengan kimia. Nilai fisika mempunyai hubungan sejajar dengan nilai kimia, tetapi tidak
merupakan sebab akibat dan timbal balik. Nilai fisika yang tinggi
tidak menyebabkan nilai kimia yang tinggi, dan sebaliknya. Keduanya memiliki
hubungan mungkin disebabkan karena faktor lain, mungkin kebiasaan berpikir
logik (tentang ke IPA-an) sehingga mengakibatkan adanya hubungan antara
keduanya.
b)
Hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik
Contohnya :
Hubungan antara tingkat kekayaan dengan kelancaran berusaha. Semakin tinggi
tingkat kekayaan, semakin tinggi tingkat kelancaran usahanya, dan sebaliknya.
c)
Hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi timbal
balik.
Contohnya : Hubungan antara
waktu PBM, dengan kejenuhan siswa. Semakin lama waktu PBM berlangsung, siswa
semakin jenuh terhadap pelajaran yang disampaikan.
2) Hipotesis tentang
perbedaan.
Hipotesis
yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda.
Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari berbagai penelitian komparatif dan
eksperimen.
Contoh :
-
Ada perbedaan pretasi belajar siswa SMA antara yang
diajar dengan metode ceramah + tanya jawab (CT) dan metode diskusi (penelitian
eksperimen).
-
Ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA antara yang
berada di kota dan di desa (penelitian komparatif).
3.
Jenis Hipotesis
yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji.
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan menjadi
hipotesis mayor dan hipotesis minor.
1) Hipotesis mayor
adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh objek
penelitian.
Contoh :
-
Ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi (KSE) orang
tua dengan prestasi belajar siswa SMP.
2) Hipotesis minor
adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis
mayor (jabaran dari hipotesis mayor).
Contoh :
- Ada hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMP.
- Ada hubungan
antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMP.
- Ada hubungan antara kekayaan
orang tua dengan prestasi belajar siswa SMP
Fungsi Hipotesis
Fungsi atau kegunaan hipotesis yang disusun dalam
suatu rencana penelitian, setidaknya ada empat yaitu :
a.
Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang
gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah
pendidikan, peneliti harus melangkah lebih jauh dari pada sekedar mengumpukan
fakta yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada
diantara fakta-fakta tersebut. Antar hubungan
dan generalisasi ini akan memberikan gambaran pola, yang penting untuk memahami
persoalan. Pola semacam ini tidaklah menjadi jelas selama pengumpulan data
dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan
memberikan arah dan mengemukakan penjelasan. Karena hipotesis tersebut dapat
diuji dan divalidasi (pengujian kesahiannya) melalui penyelidikan ilmiah, maka
hipotesis dapat mebantu kita untuk memperluas pengetahuan.
b.
Hipotesis
memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam
penelitian.
Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung. Penelitian memang dimulai dengan suatu pertanyaan,
akan tetapi hanya hubungan antara variabel yang akan dapat duji. Misalnya,
peneliti tidak akan menguji pertanyaan apakah komentar guru terhadap pekerjaan
murid menyebabkan peningkatan hasil belajar murid secara nyata“? akan tetapi
peneliti menguji hipotesis yang tersirat dalam pertanyaan tersebut “komentar
guru terhadap hasil pekerjaan murid, menyebabkan meningkatnya hasil belajar
murid secara nyata“ atau yang lebih spesifik lagi “skor hasil belajar
siswa yang menerima komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan lebih
tinggi dari pada skor siswa yang tidak menerima komentar guru atas pekerjaan
mereka sebelumnya“. Selanjutnya peneliti, dapat melanjutkan penelitiannya dengan meneliti
hubngan antara kedua vatiabel tersebut, yaitu komentar guru dan prestasi siswa.
c.
Hipotesis memberikan arah kepada penelitian
Hipotesis merupakan
tujuan khusus. Dengan demikian hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang
diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut. Secara sangat sederhana,
hipotesis menunjukkan kepada para peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta yang harus
dipilih dan diamati adalah fakta yang adahubungann nya dengan pertanyaan
tertentu. Hipotesislah yang mentukan
relevansi fakta-fakta itu. Hipotesis ini dapat memberikan dasar dalam pemilihan
sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis juga dapat menunjukkan
analisis satatistik yang diperlukan dan hubungannya yang harus menunjukkan
analisis statistik yang diperlukan agar ruang lingkup studi tersebut tetap
terbatas, dengan mencegahnya menjadi terlalu sarat.
Sebagi contoh, lihatlah kembali hipotesis tentang, latihan pra sekolah bagi
anak-anak kelas satu yang mengalami hambatan kultural. Hipotesi ini menunjukkan metode penelitian yang
diperlukan serta sampel yang harus digunakan. Hipotesis inipun bahkan menuntun
peneliti kepada tes statistik yang mungkin diperlukan untuk menganalisis data.
Dari pernyataan hipotesis itu, jelas bahwa peneliti harus melakukan eksperimen
yang membandingkan hasil eblajr dikelas satu dari sampel siswa yang mengalami
hambatan kultural dan telah mengalami program pra sekolah
dengan sekelompok anak serupa yang tidak mengalami progaram pra sekolah. Setiap
perbedaan hasil belajar rata-rat kedua kelompok tersebut dapat dianalaisis
denga tes atai teknik analis variansi, agar dapat diketahui signifikansinya
menurut statistik.
d.
Hipotesis
memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
Akan
sangat memudahkan peneliti jika mengambil setiap hipotesis secara terpisah dan
menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis tersebut. Artinya, peneliti dapat menyusun bagian laporan
tertulis ini diseputar jawaban-jawaban terhadap hipotesis semula, sehingga
membuat penyajian ini lebih berarti dan mudah dibaca.
Ciri-Ciri
Hipotesis
berikut adalah ciri-ciri hipotesis yang baik dan benar :
1.
Menyatakan Hubungan
Ini berarti hipotesis mengandung dua atau lebih variabel-variabel yang
dapat diukur ataupun potensial dapat diukur. hipotesis menspesifikasikan
bagaimana hubungan variabel-variabel tersebut berhubungan. hipotesis yang tidak
mempunyai ciri-ciri hipotesis diatas sama sekali bukan hipotesis dalam
pengertian metode ilmiah.
2.
Sesuai dengan
Fakta
Sesuai dengan fakta artinya harus cocok dengan fakta, dapat dimengerti dan
tidak mengandung hal-hal yang metafisis. sesuai dengan fakta, bukan berarti
hipotesis baru diterima jika hubungan yang dinyatakan harus cocok dengan
fakta. hipotesis yang tidak mempunyai ciri-ciri hipotesis diatas sama
sekali bukan hipotesis dalam pengertian metode ilmiah.
3.
Berhubungan dengan Ilmu, Serta Sesuai dan Tumbuh
dengan ilmu Pengetahuan
Hipotesis juga harus tumbuh dari dan ada hubungannya dengan ilmu
pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan. jika
tidak maka hipotesis bukan lagi terkaan tetapi merupakan suatu pernyataan yang
tidak berfungsi sama sekali.
4.
Harus dapat di uji
Hipotesis Harus dapat
diuji, baik dengan nalar dan kekuatan memberi alasan ataupun dengan menggunakan
alat-alat statistik. Alasan yang diberikan biasanya bersifat deduktif.
Hipotesis supaya dapat diuji maka harus bersifat spesifik. pernyataan hubungan
antar variabel yang terlalu umum biasanya akan memperoleh banyak kesulitan.
5.
Harus Sederhana
Harus sederhana, karena hal ini untuk mengurangi
timbulnya kesalah pahaman pengertian. makin spesifik atau khas sebuah hipotesis
yang dirumuskan, maka semakin kecil pula kemungkinan terdapat salah pengertian
dan semakin kecil pula kemungkinan memasukan hal yang tidak relevan dalam
hipotesis.
6.
Harus Bisa
Menerangkan Fakta
Hipotesis juga harus dapat dinyatakan dalam bentuk yang dapat menerangkan
hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian
hipotesis yang dapat dikuasai oleh sang peneliti. Secara umum hipotesis yang
baik harus mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan, masuk akan dan
tidak bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptakan oleh tuhan yang maha
esa. hipotesis harus dapat diuji dengan aplikasi deduktif dan induktif untuk
verifikasi dan juga hipotesis harus disusun dengan sederhana.
Sumber :